Anda sedang melakukan sebuah perjalanan melewati jalur
legendaris yang biasa disebut dengan jalur pantura, singkatan dari "pantai utara
jawa" yang melewati beberapa kota dan kabupaten di sepanjang jalur
tersebut, dan kebetulan transit disebuah kabupaten dengan luas wilayah terkecil
se-Jawa Tengah, ya…Kabupaten yang hanya memiliki Sembilan kecamatan saja
meliputi : kecamatan kota, jati, kaliwungu, undaan, mejobo, jekulo, bae, gebog
hingga kecamatan paling ujung utara yakni dawe.
Berarti anda sedang berada di sebuah wilayah yang
orang-orang biasa menyebutnya dengan kota kretek atau kabupaten kudus. Nah…mumpung
anda sedang berada di sini, di kotanya para walinya Allah, perkenankan saya
memberikan sedikit saja beberapa hal yang bisa anda lakukan disini :
Anda tentunya tidak mau melewatkan
kesempatan untuk melihat lebih jauh tempat apa saja yang menjadi ciri khas dari
sebuah kota atau kabupaten yang sedang anda kunjungi, menara kudus bisa jadi alternatif pilihan yang pertama, kenapa ? karena bangunan menara ini unik artinya berbeda
dan mempunyai keunikan tersendiri. Menara kudus sebagai simbol dari adanya
kerukunan umat beragama, adat, dan budaya dari elemen-elemen yang melekat pada
masyarakat kudus, dibangun oleh seorang pedagang dan ulama yang pada waktu itu bisa dikatan yang babat alas kudus iyalah Syekh Ja’far Shodiq (Sunan Kudus), beliau lah yang
memulai peradaban di kudus, dengan semboyan Gus-Ji-Gang sunan kudus membangun
Yerussalem Van Java.
Menara kudus sebagai saksi dan lambang berdirinya
komunitas yang pada waktu itu mayoritas masyarakatnya memeluk agama Hindu, sehingga
ketika mbah Sunan melakukan sebuah ajakan waktu itu untuk memeluk agama Islam,
beliau menggunakan pendekatan sosial kemasyarakatan seperti melarang menyembelih
sapi, bangunan gapura kawasan menara kudus yang bercorak hindu, itu semua
adalah metode pendekatan yang dilakukan oleh mbah sunan kepada warga kudus
waktu itu.
Siapa yang belum tahu Niti Semito? mari saya jabarkan sedikit. Beliau adalah pemilik perusahaan rokok “Bal Tiga” yang
berada di kudus, pada waktu itu beliau bisa dikatan orang terkaya dari kaum
pribumi, karena mbah Niti sendiri hidup pada zaman kolonial. Rokok inilah yang
menjadi cikal bakal sebutan kudus sebagai kota kretek, itu pun jauh sebelum
perusahaan rokok menjamur seperti Djarum, Sukun dan lain sebagainya. Kretek adalah
suara yang keluar dari perokok ketika sedang menghirup temabakau yang dibungkus
dengan kulit jagung kering sehingga menimbulkan suara keretekkkkk. Namun sayang
sekali, bagi anda yang ingin berkunjung mungkin sedikit kecewa karena bangunan
bekas kediaman mbah Niti hanya bisa dilihat dari luar pagar.
Omah yang berarti rumah, bangunan yang satu
ini juga mempunyai nilai sejarah, cerita dari orang tua dan warga kudus, kenapa
omah kok dibikin menyerupai sebuah kapal adalah ide dari sang pemiliknya, yang
pada waktu itu sepulang dari ibadah haji sebagai luapan rasa syukur karena bisa
pergi dan sampai pulang dengan selamat. Secara ibadah yang satu ini pada waktu itu sangat sulit dan
mempunyai banyak resiko, tahu kenapa? Karena media kendaraan yang tersedia pada
waktu itu adalah hanya kapal, yang mana perjalanannya akan membutuhkan banyak waktu
dan resiko yang juga tidak sedikit.
Warga kudus pernah merasakan manisnya
berjalan di dalam gerbong sebuah kereta api, stasiun kudus ini dahulu adalah
tempat persimpangan dengan rute semarang-jepara-pati-juwana dan rembang, namun
pada perkembangannya tempat ini semakin tidak terpakai atau memang tidak
diapakai, sebabnya adalah menurunnya tingkat kesadaran masyarrakat untuk
menggunakan jasa angkutan yang satu ini, mereka lebih tertarik dan memilih kendaraan
bermotor seperti mobil dan motor. Alhasil sekarang bekas stasiun ini dialih
fungsikan menjadi sebuah pasar.
Nah itu tadi adalah 5 hal yang bisa anda lakukan jika sedang berada di Kudus, masih banyak lagi tempat-tempat bersejarah yang tentunya mempunyai nilai dan cerita dibaliknya, kapan - kapan deh saya berikan infonya....
Belum ada tanggapan untuk "5 hal yang dilakukan di kota kretek"
Posting Komentar