Pixabay.com |
Setiap manusia di dunia tentu mengalami
sebuah proses kehidupan, dimulai sejak berada di dalam rahim seorang ibu, di
dalam kandungan, keluar sebagai bayi, tumbuh dan berkembang menjadi seorang
anak, menginjak usia remaja kemudia menjadi dewasa. Dalam proses perkembangan
tersebut seseorang akan dihadapkan berbagai macam hal, kesulitan, kemudahan,
bahagia, sedih, dan sebagainya akan selalu menyertainya. Mereka yang kuat akan
bertahan, sedang beberapa di antaranya akan tumbang bahkan terjerumus ke dalam
lubang kesalahan dan dosa.
Saya sendiri pernah mengalaminya dan
sampai sekarang masih dalam proses tersebut, sebagai manusia biasa saya
berusaha melakukan apa saja hal-hal yang berada di sekililing saya dengan
maksimal dan penuh dengan tanggung jawab, sekali lagi saya tekankan berusaha,
namanya juga usaha kadang sukses juga tak luput dari kegagalan.
Berdamai
dengan masa lampau
Ini tentang bagaimana memaafkan masa
lalu suatu dimensi waktu yang telah kita lalui, saya yang pernah mengalami masa
lalu, pernah menjadi anak kecil yang penuh dengan kebahagiaan dan kehangatan
keluarga, saya yang pernah menjadi seorang remaja yang terkadang juga menjadi
nakal, dan saya yang pernah mengalami kusulitan dan melakukan berbagai macam
kesalahan. Tidak ingin larut dalam meratapi suatu energi negatif tersebut
berupa ingatan tentang masa lalu yang penuh dengan kekhilafan dan kesalahan,
maka dari itu saya mencoba untuk memaafkan diri saya sendiri dari momok masa
lalu.
Menjadi
terbaik untuk saat ini
Ini tentang memaksimalkan saat ini, pekerjaan
sudah di dapat, gaji sudah dibayar, namun kenapa masih saja merasa kurang? Atau
jangan-jangan saya kurang bersyukur alias durung nerimo. Tidak. Saya tidak mau
disangka sebagai orang yang kurang nerimo, harus ada tindakan dari dalam diri
supaya hal-hal tersebut tidak terjadi.
Menanamkan mental tanggung jawab adalah hal dirasa perlu saat ini, ya. Karena
bagaimanapun juga saat ini adalah momen terbaik bagi saya untuk malakukan suatu
hal. Misalnya dalam bekerja harus maksimal dan total nggak boleh
setengah-setengah, intinya itu tangung jawab.
Impian
masa depan
Ini tentang meraba masa depan, saya
menulis ini ketika sedang santai duduk di ruang tamu rumah dan saat itu sedang
hujan deras. Sembari menikmati derasnya air hujan muncul dari dalam fikiran
tentang meraba masa depan, suatu masa yang akan datang yang akan saya lalui
dengan penuh harap-harap cemas Karena ketidak pastian masa depan itu sendiri. saya
meraba dengan siapa akan menikah, bagaimana saya mempersiapkan pernikahan itu,
tentu dengan seluruh dinamika perkiahan di dalamnya. Kemudia saya senyum
sendiri, agak tenang memang. Kenapa? Saya bukan merasa sombong, karena saya
berusaha dengan masa depan saya mulai saat ini dengan cara menyisikan sebagian
dari gaji saya ke dalam buku tabungan, bukankah saya sudah berusaha dengan
nyata? Tentu selebihnya saya pasrahkan kepada Tuhan.
Belum ada tanggapan untuk "Tentang memaafkan masa lalu, memaksimalkan saat ini dan meraba masa depan"
Posting Komentar